Tambrauw, Detikpapua.Net – Ditengah perdebatan tentang masa depan pendidikan di wilayah terluar Indonesia, Kabupaten Tambrauw justru mengambil langkah berani. Dalam semangat Otonomi Khusus dan keadilan sosial, Pemerintah Kabupaten Tambrauw bersama Fakultas Kehutanan Universitas Papua (UNIPA) telah membuka Program Studi Diploma 3 (D3) Konservasi Sumber Daya Hutan di jantung kawasan konservasi, tepatnya di Sausapor.
Langkah ini bukan hanya jawaban atas visi besar menjadikan Tambrauw sebagai kabupaten konservasi sejak 2011, tetapi juga upaya sistematis untuk menjawab krisis sumber daya manusia, keterbatasan akses pendidikan, dan rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) di wilayah ini.

“Konservasi tidak bisa berjalan tanpa manusia yang siap. Maka pendirian prodi ini adalah investasi jangka panjang. Bukan hanya demi hutan, tetapi untuk masa depan anak-anak asli Tambrauw,” ujar Prof. Dr. Sepus M. Y. Fatem, tokoh akademisi dan penggagas utama hadirnya prodi konservasi ini.
Pendidikan Gratis, Komitmen Nyata dari Pemda Tambrauw
Yang membuat langkah ini sangat istimewa adalah bahwa biaya pendidikan (SPP) ditanggung sepenuhnya oleh APBD Kabupaten Tambrauw. Ini bukan sekadar jargon pendidikan gratis, tapi implementasi nyata keberpihakan daerah terhadap rakyatnya.
“Ini bukti bahwa Pemda Tambrauw serius terhadap pendidikan. Tidak semua daerah berani ambil komitmen seperti ini,” tegas Prof. Sepus.
Selain itu, pembukaan program studi ini juga dilakukan melalui jalur afirmatif dan inklusif, bukan jalur nasional seperti SNBP dan SNBT yang seringkali meminggirkan anak-anak Papua karena kendala teknologi, mutu pendidikan dasar dan ketimpangan sistem.
Lima Langkah Strategis Menuju Tambrauw Emas
Dalam pertemuan akademik dengan Bupati Tambrauw, tim UNIPA menyampaikan lima strategi utama untuk menjamin keberlanjutan program ini:
- Penambahan Ruang Kelas: Karena jumlah mahasiswa terus bertambah, fasilitas belajar harus ikut berkembang.
- Pembangunan Kampus Baru: Saat ini pembelajaran masih berlangsung di fasilitas sederhana. Dibutuhkan kampus dengan ruang dosen, ruang belajar, aula, sarana olahraga, hingga koneksi digital.
- Peraturan Daerah (Perda) tentang Prodi Konservasi: Agar komitmen anggaran tidak berubah walau terjadi pergantian kepemimpinan.
- Penguatan Jalur S1: Dalam dua tahun ke depan, mahasiswa yang IPK-nya di atas 2,70 akan didorong langsung ke jenjang sarjana (S1) agar lulus lebih cepat dan lebih berkualitas.
- Ekspansi Prodi: Tahun 2026-2027, UNIPA merencanakan pembukaan program studi baru seperti S1 Manajemen, Akuntansi, Ekonomi Pembangunan, Linguistik, Pertanian, dan Ekowisata.

Tidak Bisa Jalan Sendiri: Pendidikan Butuh Infrastruktur
Meski pendidikan menjadi domain universitas dan pemda, keberhasilannya sangat tergantung pada dukungan lintas sektor. Dalam audiensi dengan DPR Papua Barat dan dialog dengan Gubernur, pihak kampus dan pemda menegaskan pentingnya keterlibatan Pemprov dan instansi lain.
“Kalau jalan rusak, jaringan internet putus, listrik padam, bagaimana mahasiswa bisa belajar? Pendidikan tidak bisa berdiri sendiri. Maka kami minta dukungan semua pihak,” ucap Wakil Dekan II Dr. Petrus Abraham Dimara, S.Hut.,MSC dalam forum diskusi dengan DPR Provinsi Papua Barat Daya di Sausapor, Sabtu (14/06/2025).
Diusulkan pula sistem berbagi tanggung jawab (synergy sharing): Pemda Tambrauw membangun gedung dan ruang kuliah, sementara Pemprov Papua Barat Daya bertanggung jawab atas infrastruktur pendukung seperti akses jalan, listrik dan jaringan telekomunikasi.
Bicara Afirmasi, Bicara Otonomi Khusus
Menurut Prof. Sepus, pendekatan pendidikan di Papua tidak bisa lagi disamakan dengan daerah lain. Jalur afirmatif seperti penerimaan mandiri, yang memberikan toleransi usia, ijazah dan penurunan passing grade, adalah bentuk keberpihakan yang sah di bawah payung hukum Otsus.
“Jangan pakai sistem Jawa di Papua. Kita punya Undang-undang Otsus yang bicara tentang keberpihakan. Kalau tidak kita manfaatkan, yang jadi korban ya kita sendiri. Orang Papua,” tegasnya.
Ajakan Terbuka untuk Generasi Tambrauw
Dalam semangat transformasi ini, Prof. Sepus menyampaikan ajakan langsung kepada seluruh anak-anak Tambrauw:
“Adik-adik dari Mumbrani, Kebar, Fef, Selemkai, Sahai, Sausapor, ayo sekolah. Prodi Konservasi sudah hadir untuk kamu. Pendidikan itu jalan keluar dari kemiskinan dan kebodohan. Belajar memang susah, tapi lebih susah lagi kalau tidak belajar. Mari bangun Tambrauw Emas, Papua Emas, mulai dari sekarang!”
Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Studi Diploma Konservasi Sumber Daya Hutan masih dibuka. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Tambrauw atau Fakultas Kehutanan Universitas Papua.
Ini bukan hanya tentang pendidikan. Ini tentang masa depan. Tentang hak anak-anak Papua untuk punya mimpi dan alat untuk mewujudkannya.