Raja Ampat, DetikPapuaNet — Dugaan keracunan massal akibat konsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah di Waisai memicu kemarahan para orang tua. Salah satu orang tua murid, Charles Maban, menyampaikan protes keras yang anaknya juga turut menjadi korban.
“Saya punya anak juga keracunan makanan. Pak-pol dong yang ada di grup ini, tolong usut pengelola dan juru masak MBG, karena anak saya bukan kelinci percobaan MBG,” tulis Charles dengan nada geram.
Charles, yang merupakan warga Kelurahan Waisai Kota -Distrik Kota Waisai dan saat ini berada di salah satu pulau karena urusan pekerjaan, mengaku mendapat kabar mengejutkan dari istrinya. Saat dihubungi via telepon oleh Jurnalis DetikPapuaNet, ia menyampaikan bahwa anaknya kini tengah dirawat inap di RSUD Raja Ampat.
“Saya lagi kerja di pulau, lalu dapat telepon dari maitua bahwa anak saya juga keracunan dan sekarang sedang diopname,” ungkap Charles.
Ia kembali menegaskan tuntutannya agar pihak terkait bertanggung jawab. “Usut pengelola MBG dan juru masak. Jangan jadikan anak-anak kami kelinci percobaan. Jangan hanya mau kejar uang tapi anak-anak kami yang jadi korban,” tegasnya.
Dugaan keracunan ini sebelumnya terjadi pada Senin (1/12/2025), ketika puluhan siswa mengeluhkan gejala mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi MBG yang dibagikan di sekolah. Data awal mencatat 67 korban, terdiri dari 63 siswa, satu guru, dan tiga pekerja. Seluruhnya langsung dilarikan ke RSUD Raja Ampat.

Perkembangan terbaru menunjukkan angka korban terus bertambah. Direktur RSUD Raja Ampat melaporkan hingga malam ini jumlah pasien telah mencapai 72 orang, dengan sebaran sebagai berikut:
- SD YPK: 30 orang
- SMK Bukit Zaitun: 5 orang
- SMP YPK Alfa Omega: 21 orang
- MTs LIM: 2 orang
- SD Negeri 29: 9 orang
- SMP 14: 1 orang
- Pekerja SMK Bukit Zaitun: 3 orang
- Anak keluarga guru SMK YPK Alfa Omega: 1 orang
Kasus ini langsung mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Raja Ampat. Wakil Bupati Raja Ampat, Mansyur Syahdan, bersama pimpinan dan anggota DPRK Raja Ampat turun langsung memantau kondisi para korban di RSUD.
Mansyur memastikan persediaan obat-obatan masih mencukupi. “Stok obat dan cairan infus masih sekitar dua ribuan. Dengan jumlah umpreng yang dibagi sekitar dua ribu lima ratus, kita berharap tidak semua harus dirawat. Kalau semua datang, itu sudah kondisi darurat,” ujarnya.
Ia menyebut sekitar 60 korban telah mendapat perawatan medis, sementara sisanya masih dalam pendataan. “Kita sedang menginventarisir dan memastikan semua korban mendapat penanganan maksimal.”

Terkait penyebab dugaan keracunan, Mansyur menegaskan pemerintah akan melakukan evaluasi menyeluruh dan memanggil pengelola dapur MBG. Namun saat tim pemerintah mendatangi lokasi dapur, pihak pengelola tidak ditemukan di tempat sehingga belum dapat dimintai keterangan.
Pemerintah daerah juga mempertimbangkan untuk menghentikan sementara pelayanan MBG. “Besok baru dipastikan apakah dapurnya tetap beroperasi atau tidak,” kata Mansyur.
Hingga kini, penyebab pasti keracunan masih menunggu hasil pemeriksaan medis dan penyelidikan kepolisian. Pemerintah berharap kejadian ini tidak terulang dan menegaskan pentingnya standar kebersihan, keamanan, dan kelayakan makanan sebelum dibagikan kepada siswa.
.












