Example floating
Berita

“Alkitab dan Konservasi Alam”: Prof. Sepus Fatem Ajak Gereja dan Umat Kristen Melihat Alam Sebagai Sahabat, Bukan Objek Eksploitasi

23
×

“Alkitab dan Konservasi Alam”: Prof. Sepus Fatem Ajak Gereja dan Umat Kristen Melihat Alam Sebagai Sahabat, Bukan Objek Eksploitasi

Sebarkan artikel ini

Waisai, Detikpapua.Net — Ketua Umum Forum Generasi Muda (FGM) GKI Papua Barat, Prof. Dr. Ir. Sepus M. Fatem, S.Hut., M.Sc., IPU, memperkenalkan karya terbarunya yang berjudul “Alkitab dan Konservasi Alam” — sebuah buku yang memadukan kajian teologis dan ekologis tentang hubungan manusia, iman Kristen, serta tanggung jawab terhadap alam ciptaan.

Dalam wawancara bersama awak media, di sela-sela kegiatan Kongres II Forum Generasi Muda GKI di Tanah Papua yang diselenggarakan di Gedung Pari, Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Selasa (11/11/2025), Prof. Sepus menjelaskan bahwa buku ini merupakan hasil kajian ekoteologi, yakni refleksi antara Alkitab dan prinsip-prinsip konservasi alam. Ia menegaskan bahwa krisis ekologis yang melanda dunia, termasuk Papua, bukan hanya disebabkan oleh kemajuan teknologi atau kebijakan pembangunan, tetapi berakar dari cara pandang manusia terhadap alam.

Ketua Umum Forum Generasi Muda (FGM) GKI Papua Barat, Prof. Dr. Ir. Sepus M. Fatem, S.Hut., M.Sc., IPU

“Hari ini banyak orang tidak lagi memaknai alam sebagai sahabat, sebagai ibu yang memberi makan, minum, dan oksigen. Alam dianggap hanya sebagai mesin produksi dan sumber ekonomi. Padahal, dalam pandangan iman Kristen, alam adalah sahabat, bukan objek eksploitasi,” jelas Prof. Sepus.

Menurutnya, buku tersebut hadir untuk menjembatani pemahaman antara gereja, masyarakat, dan para pengambil kebijakan dalam melihat posisi alam dalam terang iman Kristen. Ia mengingatkan bahwa manusia bukanlah penakluk, melainkan pengelola dan penjaga ciptaan Tuhan.

“Dalam perspektif Kristen, manusia itu bukan penguasa atau penakluk, tapi penyelaras ciptaan. Alam harus diperlakukan sebagai teman karib yang harus dijaga dan dirawat,” ujarnya menegaskan.

Selain mengulas relasi spiritual antara manusia dan alam, Prof. Sepus juga menekankan pentingnya sikap proaktif dalam menjaga lingkungan. Ia mengajak umat beriman untuk tidak hanya bereaksi setelah bencana terjadi, tetapi mengambil langkah mitigatif dan advokatif sebelum alam mengalami kerusakan.

“Kita tidak boleh menunggu banjir datang baru bertanya kenapa terjadi banjir. Seharusnya kita sudah lebih dulu menjaga, mencegah, dan memperlakukan alam dengan bijak,” tambahnya.

Sebagai simbol komitmen bersama antara gereja, pemerintah, dan masyarakat, Prof. Sepus Fatem secara simbolis membagikan buku “Alkitab dan Konservasi Alam” kepada tiga tokoh penting yang hadir dalam kegiatan tersebut, yakni:

Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, M.Th;

Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, S.IP., M.M., M.Ec.Dev; dan

Bupati Sorong Selatan, Petronela Krenak, S.Sos.

Penyerahan buku ini menjadi tanda pengharapan bahwa semangat teologi ekologis dapat dihidupi dan diterapkan dalam berbagai lini kehidupan — baik di gereja maupun dalam kebijakan pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Menanggapi karya tersebut, Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, M.Th, memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah Prof. Sepus Fatem yang mengaitkan iman Kristen dengan tanggung jawab ekologis.

“Buku ini membuka kesadaran baru bagi kita, bahwa menjaga alam bukan sekadar tugas akademik atau tanggung jawab pemerintah, melainkan juga panggilan iman. Tuhan menempatkan manusia bukan untuk menguasai, tetapi untuk memelihara ciptaan-Nya,” ujar Pdt. Mofu.

Ia juga menambahkan bahwa buku ini dapat menjadi bahan pembinaan rohani dan pendidikan gerejawi bagi para pelayan, majelis jemaat, serta kaum muda GKI di Tanah Papua. “Saya berharap gereja-gereja di tanah Papua dapat menjadikan pesan dalam buku ini sebagai bagian dari pelayanan dan liturgi kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Buku “Alkitab dan Konservasi Alam” akan diluncurkan secara resmi pada 5 Februari 2026 di Manokwari, bertepatan dengan Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua. Dalam acara peluncuran itu, sebanyak 100 eksemplar buku akan dibagikan secara gratis kepada peserta yang terdiri dari unsur pemerintah, gereja, masyarakat adat, organisasi kepemudaan, dan pegiat lingkungan.

Peluncuran buku ini diharapkan menjadi momentum reflektif bagi seluruh umat Kristen di Tanah Papua untuk memperbarui komitmen menjaga bumi sebagai rumah bersama.

“Alam hari ini sedang tidak baik-baik saja. Karena itu, partisipasi dan komitmen gereja, umat, serta seluruh masyarakat menjadi sangat penting untuk merawat alam sebagai sahabat dan anugerah Tuhan,” tutup Prof. Sepus Fatem penuh makna.

Buku ini menjadi sumbangsih intelektual dan spiritual bagi gereja di Tanah Papua — mengingatkan bahwa iman tanpa kepedulian terhadap alam adalah iman yang kehilangan roh kehidupan.

height="600"/>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *