Example floating
DaerahHomeOpiniPolitik

Waspadai Konsep Politik “Ninaiwerek” di Kabupaten Jayawijaya

100
×

Waspadai Konsep Politik “Ninaiwerek” di Kabupaten Jayawijaya

Sebarkan artikel ini


Oleh: Yohanes Kossay

Pendahuluan

Walaupun ajang politik perebutan kekuasaan telah usai, bukan berarti kita harus berhenti berpikir kritis. Justru setelah euforia politik mereda, inilah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan cara kita memaknai demokrasi. Tulisan ini adalah bentuk refleksi atas satu fenomena politik lokal yang makin menguat belakangan ini—konsepNinaiwerek atau dalam pengertian umum: kita yang punya tempat.

Politik Identitas dan Kemunduran Demokrasi

Konsep politik Ninaiwerek muncul dan berkembang dari semangat Otonomi Khusus (OTSUS), yang awalnya dimaksudkan sebagai jalan afirmasi untuk memberi ruang kepada orang asli Papua agar terlibat lebih dalam dalam urusan pemerintahan. Namun dalam praktiknya, konsep ini sering kali berubah menjadi pembenaran politik yang berbahaya: memilih pemimpin bukan karena kompetensi, tapi karena asal-usul.

Menurut hemat saya, konsep politik Ninaiwerek adalah bentuk politik yang dungu—sebuah cara berpikir yang tidak sehat dalam demokrasi. Ia tidak mendorong kompetisi sehat di antara masyarakat, tetapi justru memperlihatkan ketidakmampuan sebagian orang Huwula untuk bersaing secara terbuka dalam sistem demokrasi yang fair. Ini adalah kemunduran, bukan kemajuan.

Risiko dan Dampaknya Terhadap Daerah

Bahaya paling nyata dari konsep ini adalah rusaknya sistem meritokrasi. Ketika kriteria utama dalam memilih pemimpin adalah “yang penting anak asli”, maka daerah ini akan kehilangan kesempatan dipimpin oleh figur-figur yang benar-benar mampu membangun dan mengelola pemerintahan dengan baik. Pemimpin dipilih bukan karena tahu bagaimana mengurus keuangan daerah, menyusun program kerja, membangun sistem pelayanan publik, atau menyusun regulasi, tapi hanya karena mereka “aiwerek”—anak tempat ini.

Jika ini terus dibiarkan, maka dalam beberapa tahun ke depan kita akan melihat:

Banyak kritik tajam dari masyarakat karena pemerintahan berjalan tidak maksimal.

Banyak gosip liar karena ketidaktahuan pemimpin dalam mengelola konflik dan harapan rakyat.

Banyak penyesalan, karena janji kampanye tidak mampu dijawab dengan kerja nyata.

Kehilangan kepercayaan publik, dan ini akan membuat masyarakat makin apatis terhadap politik.

Penutup

Saya menulis ini bukan karena membenci anak daerah sendiri, tetapi karena saya cinta Jayawijaya. Kita tidak boleh biarkan konsep Ninaiwerek membunuh semangat demokrasi yang sejati. Anak asli, anak tempat ini, boleh dan harus terlibat dalam politik, tapi bukan karena mereka “punya tempat”, melainkan karena mereka punya kemampuan dan niat baik untuk bekerja bagi semua.

Politik bukan soal darah dan tanah semata. Politik adalah soal tanggung jawab, kompetensi, dan keberpihakan kepada rakyat. Jayawijaya membutuhkan pemimpin-pemimpin terbaik—bukan pemimpin yang hanya lahir dari sentimen identitas.

Waspadalah terhadap konsep politik Ninaiwerek di Kabupaten Jayawijaya. Jika dibiarkan, ia akan menjadi racun yang membunuh masa depan kita bersama.

Penulis adalah anak asli Huwula/Wakil Pimred. Detikpapua.Net.

height="600"/>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *