Example floating
Home

Pentingnya Kurikulum Masyarakat Hukum Adat Berbasis Konservasi, Guna Tingkatkan Skills 4C di Tambrauw

25
×

Pentingnya Kurikulum Masyarakat Hukum Adat Berbasis Konservasi, Guna Tingkatkan Skills 4C di Tambrauw

Sebarkan artikel ini

Sorong, Detikpapua.Net – Kabupaten Tambrauw merupakan bagian dari wilayah Provinsi Papua Barat Daya, yang memiliki lima masyarakat hukum adat diantaranya suku Abun, Mpur, Miyah, Ireres dan Moi Kelin. Selain itu terdapat juga suku Biak yg mendiami wilayah Tambrauw dan sudah diakui sebagai bagian dari suku di Tambrauw.

Keberagaman suku asli Papua tersebut merupakan sebuah potensi yang layak untuk digali, dipelajari, serta diperkenalkan pada masyarakat secara luas. Tenia Kurniawati dalam sebuah penelitian disertasinya pada program doktoral Universitas Negeri Malang telah membuat sebuah penelitian.

Disertasi tersebut berjudul “Pengembangan Kurikulum Budaya Tambrauw Berbasis Konservasi dengan pendekatan Project Based Learning (PJBL) untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan kolaborasi bagi siswa.

“Pengembangan budaya Tambrauw berbasis konservasi dengan Pendekatan Project Based Learning (PJBL) guna mengangkat kearifan lokal suku Abun sebagai pembelajaran kontekstual, dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis memecahkan masalah, kolaborasi, komunikasi dan kreativitas (4C) siswa,”ungkap Tenia, Kamis (20/03/2025).

Sambungnya, serta mengenalkan Tambrauw kepada generasi muda dan masyarakat secara luas bahwa Tambrauw memiliki sebuah budaya dan wilayah konservasi lingkungan yg sangat menarik untuk dipelajari.

“Pembelajaran berbasis proyek merupakan sebuah pendekatan pembelajara yang dipilih peneliti untuk memberikan nafas baru dalam pembelajaran di Tambrauw, agar pembelajaran lebih humanis karena berpusat pada siswa sekaligus dianggap lebih efektif dalam peningkatan keterampilan 4C siswa,” jelasnya.

Dirinya menegaskan, hasil penelitian sudah melewati validasi dari empat ahli (ahli kurikulum, ahli media, ahli bahasa, ahli materi) dan sudah dilakukan eksperimen untuk menguji kelayakan dan keefektifan dari produk pengembangan.

“Pengembangan kurikulum terdiri dari dokumen kurikulum modul pembelajaran yang dilengkapi dengan 14 video, aplikasi web untuk penggunaan platform interaksi daring dengan mengadopsi LMS (Learning Management System) dan instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan siswa,” tandasnya.

Lebih lanjut, sesuai hasil eksperimen para siswa-siswi SMP diwilayah adat suku Abun, diperoleh hasil bahwa produk pengembangan Kurikulum Budaya Tambrauw Berbasis Konservasi dengan pendekatan PJBL sudah cukup layak dan efektif meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dan kolaborasi dibandingkan kurikulum lokal yang dikembangkan sekolah.

Sehingga, Kurikulum Budaya Tambrauw Berbasis Konservasi diharapkan memberikan warna baru bagi pendidikan di Tambrauw agar lebih kontekstual, humanis, menyenangkan, serta mampu meningkatkan keterampilan
siswa dalam menghadapi tantangan diabad 21 saat ini.

“Semoga penelitian ini juga dapat menginspirasi kabupaten/kota lain di papua agar, mengembangan kurikulum yang bukan saja mengangkat kearifan lokal namun juga mampu mengintegrasikan dengan isu lingkungan,” pungkasnya.

height="600"/>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IMG-20250620-151809