Walikota Respon Revisi HUT Kota Sorong: Harusnya Sudah 100 Tahun

“Jadi mental kita mestinya bukan mental 25 tahun lagi, tapi mental 100 tahun. Ini juga yang akan memberikan semacam stimulus (rangsangan) untuk kita bisa merubah pola pikir kita, merubah tindakan kita, baik secara pribadi maupun dalam kolektifitas kita sebagai warga Kota Sorong” Septinus Lobat, SH.,M.PA

Sorong, Detikpapua.Net – Walikota Sorong Septinus Lobat, SH.,MPA menyebut saat ini Kota Sorong mestinya sudah berumur 100 tahun, jika dilihat dari awal kota ini berdiri. Hal ini disampaikan walikota saat diwawancarai awak media perihal wacana yang disampaikan ketua Bapemperda DPR Kota Sorong Derek F. Wamea, S.Pd.,M.Si terkait rencana revisi HUT Kota Sorong yang saat ini berusia 25 tahun.

Walikota mengawali penyampaiannya dengan menegaskan bahwa sejarah tidak bisa dilupakan begitu saja. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Oleh karena itu, perlu adanya kesepahaman bersama, untuk meluruskan kembali sejarah terkait berdirinya Kota Sorong.

Ia menyebut, secara defacto sebenarnya Kota Sorong sudah berdiri dan bergeliat sejak tahun 1925 silam. Bahkan kala itu, sistem pemerintahan Belanda sudah berjalan dengan adanya penempatan Hoofd Van Plaaslijk Bestuur (setingkat kepala distrik saat ini) di Doom kala itu.

“Tentunya sejarah itu tidak bisa kita lupakan begitu saja. Kota Sorong ini sudah ada dan bergeliat sejak tahun 1925. Jadi memang pemerintah Kota Sorong hasil pemekaran itu baru lahir di tahun 2000, tetapi kotanya sendiri sudah ada jauh sebelum itu, kalau benar-benar dihitung baik, kita sekarang mestinya ada di usia yang ke 100 tahun,” ujar walikota, yang diwawancarai usai membuka rangkaian kegiatan HUT Kampung Klasaman, di Lapangan Moyo, Kota Sorong, Minggu (16/03/2025).

Untuk menentukan HUT Kota Sorong tersebut, walikota menyebut memang tidak sebatas berdasarkan penuturan-penuturan saja, tetapi butuh bukti-bukti otentik yang bisa mendukung cerita sejarah, untuk kemudian dikonversikan dalam sebuah naskah akademik, sehingga penetapan HUT Kota Sorong memiliki dasar yang kuat.

“Iya memang butuh semacam tim pencarian fakta begitu, yang nanti bertugas untuk menemukan bukti-bukti sejarah tadi, termasuk dokumen-dokumen pemerintahan Belanda kala itu. Jadi tidak serta merta kita tetapkan HUT berdasarkan cerita-cerita saja, harus ada bukti yang kuat melalui sebuah naskah akademik sebagai dasar,” sebut walikota.

Ia pun menjelaskan, alasan HUT Kota Sorong harus direvisi dan disesuaikan dengan sejarah. Hal ini selain untuk memberikan penghargaan terhadap sejarah itu sendiri, tetapi juga untuk membranding mindset warga Kota Sorong bahwa Kota Sorong bukan lagi ada di usia muda, melainkan sudah dewasa. Dengan demikian maka pola pikir, pola tindak dan mental warga Kota Sorong mestinya sudah sekian langkah jauh didepan, dari yang ada saat ini.

“Jadi mental kita mestinya bukan mental 25 tahun lagi, tapi mental 100 tahun. Ini juga yang akan memberikan semacam stimulus (rangsangan) untuk kita bisa merubah pola pikir kita, merubah tindakan kita, baik secara pribadi maupun dalam kolektifitas kita sebagai warga Kota Sorong,” ungkap walikota sembari mengaku wacana revisi HUT Kota Sorong tidak mengurangi atau mengabaikan program-program prioritas yang saat ini dikerjakan pemerintah Kota Sorong.

Sebelumnya, Ketua Bapemperda DPR Kota Sorong Derek F. Wamea, S.Pd.,M.Si menyampaikan wacana terkait revisi HUT Kota Sorong sudah dibawa dalam diskusi-diskusi baik di internal Bapemperda maupun melibatkan para tokoh, khususnya tokoh Moi termasuk Walikota Sorong Septinus Lobat, SH.,MPA. Bahkan sebagai bukti keseriusan, Derek mengaku pihaknya siap memberi suport melalui penyediaan naskah akademik.