Sorong, Detikpapua.Net – Sebanyak 3 mahasiswa Program Studi Konservasi Sumber Daya Hutan (KSDH) Kelas Sausapor resmi diwisuda bersama 415 mahasiswa oleh Rektor Universitas Papua (UNIPA) Prof. Hugo Warami dalam acara wisuda program doktor, magister, sarjana dan diploma periode 1 tahun akademik 2025/2026 di Aula Utama UNIPA Amban, Manokwari, Rabu (26/11/2025).
Adapun tiga orang mahasiswa yang diwisuda tersebut yakni Marike Mirino dengan karya ilmiah berjudul “Aktor Dalam Usulan Pembentukan Hutan Adat Marga Yessa di Kabupaten Tambrauw”. Kemudian Hein Padwa dengan karya ilmiah berjudul “Deskripsi Sasi Sumber Daya Alam Laut Pada Komunitas Masyarakat Biak di Kabupaten Tambrauw”. Ketiga Medeline S. Mayor dengan karya ilmiah berjudul ” Persepsi Masyarakat Terhadap Usulan Hutan Adat Marga Yessa Suku Abun Kabupaten Tambrauw “.

Sebagaimana diketahui Program Studi Konservasi Sumber Daya Hutan (KSDH) Kelas Sausapor merupakan program studi yang dibuka dengan skema perluasan kampus. Program studi ini terlaksana setelah adanya kerjasama (MoU) antara Fakultas Kehutanan UNIPA dengan Pemda Kabupaten Tambrauw dan secara resmi telah beroperasi sejak tahun 2022 lalu. Tiga mahasiswa yang diwisuda tersebut merupakan lulusan perdana alias “pecah telur” dari Kelas Tambrauw dengan kualifikasi diploma tiga (D3).
Inisiator Kerjasama Program Studi KSDH Kelas Sausapor, Prof. Dr. Sepus M. Fatem, M.Sc yang diwawancarai awak media mengaku sangat bersyukur atas diwisudanya ketiga mahasiswa asal Kelas Sausapor, bersama ratusan mahasiswa UNIPA lainnya. Baginya, ini adalah sebuah keberhasilan sekaligus buah dari keseriusan pihaknya bersama Pemda Tambrauw menjaga komitmen peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Papua, melalui kehadiran Program Studi KSDH Kelas Sausapor di Kabupaten Tambrauw.
Akademi Fakultas Kehutanan UNIPA ini menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada para dosen, civitas akademika dan semua pihak, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw dalam hal ini Bupati Yeskiel Yesnath dan Wakil Bupati Paulus Ajambuani serta Pimpinan OPD teknis yang telah berkontribusi dalam perealisasian Prodi KSDH Kelsas Sasaupor, sehingga hari ini tiga(3) orang mahasiswa bisa diwisuda dan mendapat gelar akademik.

“Program Studi KSDH Kelas Sausapor merupakan kampus hasil kerjasama Fakultas Kehutanan UNIPA dengan Pemda Tambrauw, yang mana segala biaya operasional termasuk biaya studi para mahasiswanya murni ditanggung oleh APBD Kabupaten Tambrauw dan hibah dari Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya. Kami bersyukur karena misi kita dalam upaya peningkatan SDM Papua di Kabupaten Tambrauw bisa terwujud dengan diwisudanya tiga(3) mahasiswa tadi. Tentu komitmen ini akan terus kami jaga untuk misi-misi besar nan mulia diwaktu-waktu kedepan,” ujar Prof Sepus M. Fatem.
Lebih jauh ia menerangkan, jika hari ini banyak pihak yang berbicara terkait dengan pendidikan inklusif atau pendidikan yang adil, merata, dan seimbang, maka hari ini pula UNIPA lewat Program Studi KSDH Kelas Sausapor sudah memulai dan membuktikan itu. Bahwa kelas dibuka di daerah yang masih dalam kategori 3T, terjauh, terbelakang, dan sebagainya. Bahkan, Prodi KSDH Kelas Sausapor didominasi oleh para mahasiswa dari 5 suku asli di Tambrauw seperti Mpur, Miyah, Abun dan sejumlah suku lainnya.
Baginya, kehadiran Prodi KSDH Kelas Sausapor, tidak hanya berhasil menciptakan generasi unggul sebagai tolok ukur peningkatan SDM Tambrauw dan Papua pada umumnya, tetapi sekaligus telah menghadirkan multy player efek dalam sejumlah sektor termasuk peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian alam dan hutan di wilayah tersebut. Kehadiran Prodi KSDH Kelas Sausapor setidaknya telah ikut memberikan kontribusi dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat, melalui biaya tempat tinggal hingga biaya hidup dan keperluan studi bagi mahasiswa.
“Jadi, Tambrauw itu pasti kedepan harus punya mimpi membuka sebuah perguruan tinggi yang berbasis konservasi. Jadi kalau orang mau belajar konservasi, orang pergi belajar di Tamraw. Baik laut maupun ekosistem hutan. Dan poin yang paling penting, bahwa program studi ini dibuka sebagai bagian dari pilar pendukung dan penopang penetapan Tambrauw sebagai kabupaten konservasi dan masyarakat adat. Mereka akan menggerakkan pengembangan ekowisata, investasi hijau, pengelolaan kawasan konservasi yang berbasis pada masyarakat adat dan memang memiliki hubungan relevansi yang saling kait-mengkait dan saling menopang. Tetapi disisi lain akan menghadirkan multi player efek pada sejumlah sektor kehidupan yang lain,” ungkap Prof Sepus Fatem.
Ia pun memuji keteguhan Pemda Tambrauw atas keberpihakan terhadap dunia pendidikan dengan memfasilitasi dan membiayai pelaksanaan Prodi KSDH Kelas Sausapor. Pihaknya, lanjut dia, tentu akan terus mendorong sehingga kedepan bukan hanya program studi dengan kualifikasi diploma atau strata yang hadir di Tambrauw, bila perlu dibangun sebuah perguruan tinggi yang tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Ia pun berujar, apa yang telah ditunjukan oleh Pemda Tambrauw, semestinya bisa menjadi inspirasi yang perlu diikuti oleh daerah lain, dalam hal ini kabupaten kota lain di wilayah Provinsi Papua Barat Daya. Tambrauw meski dengan kemampuan APBD yang sangat kecil, serta tantangan pembangunan yang begitu luar biasa, masih sempat menyisihkan perhatian bagi dunia pendidikan yang buahnya hari ini dipetik melalui mahasiswa yang telah diwisuda.
Baginya, tidak ada persoalan yang begitu sulit, untuk menghadirkan sebuah pelayanan pendidikan setingkat kampus di wilayah kabupaten kota yang ada. Hanya butuh kemauan, komitmen dan keseriusan Pemerintah Daerah.
“Iya, para mahasiswa kami di Prodi KSDH Kelas Sausapor mereka kuliah SPP-nya dibayar murni oleh Pemda Tambrauw, dari dana yang diserahkan oleh Pemda. Artinya bahwa Pemda itu punya komitmen yang sudah kuat dan hari ini terbukti. Kami berharap pola ini harus diikuti oleh kabupaten kota yang lain. Penggunaan dana yang bersumber dari Otonomi Khusus Papua untuk pendidikan itu menjadi penting, sehingga kami mengajak seluruh kepala daerah intuk melihat apa yang sedang dilakukan di Kabupaten Tambrauw sebagai salah satu contoh awal, walaupun masih banyak hal yang perlu dipenuhi, tapi ini contoh baik yang bisa kita ikuti,” pungkasnya.















