Sorong, Detikpapua.Net–Berawal dari rasa rindu terhadap cita rasa pisang lumpur khas Jayapura, seorang pemuda asal Papua, Imanuel Basna, kini sukses membuka usaha kuliner sederhana di Kota Sorong. Usaha yang diberi nama “Pisang Lumpur Tentara Langit” itu berlokasi di samping Ramayana Mall Sorong, dan telah berjalan selama tujuh bulan terakhir.
Bagi Imanuel, usaha ini menjadi bukti bahwa kerja keras dan kemauan untuk berubah bisa mengubah hidup seseorang. Ia mengisahkan, awalnya merasa banyak waktu terbuang untuk kegiatan yang tidak produktif, seperti nongkrong dan berbincang tanpa arah. Dari kesadaran itu, muncul tekad untuk mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat dan bisa menghasilkan uang.
“Saya pikir, daripada buang waktu, lebih baik capek karena kerja sendiri. Pulang kerja bisa langsung tidur, besok siap lagi untuk aktivitas,” ujarnya.
Sebelum merintis usaha, Imanuel sempat berkarier di dunia sepak bola. Ia pernah tergabung dalam Akademi Persipura tahun 2019–2020 bersama sejumlah pemain muda berbakat seperti Rafiqo Nawipa, John Pigai dan Apon Migau. Namun, cedera membuatnya harus berhenti dan fokus menyelesaikan kuliah. Setelah wisuda, ia kembali ke Sorong dan memulai usaha kecil-kecilan.
Dengan modal awal sekitar Rp10 juta hasil dari gaji dan sedikit bantuan dari mertua, Imanuel membeli gerobak, kompor, dan perlengkapan lain untuk berjualan pisang lumpur. Ia memanfaatkan peralatan sederhana, termasuk lampu sistem cas yang diisi daya dari rumah setiap pagi untuk digunakan malam hari di lokasi jualan.
Dalam menjalankan usahanya, Imanuel tidak sendiri. Ia dibantu oleh Tanta Yubelina Basna, yang setiap hari menyiapkan bahan-bahan seperti pisang dan juga menggoreng. Selain itu, ada juga Yeremia Korinus Nauw, siswa kelas 2 SMA Negeri 3 Kota Sorong akrab disapa Korinus yang setia membantu berjualan setiap sore hingga malam.
Selama tujuh bulan berjalan, usaha Pisang Lumpur Tentara Langit terus menunjukkan hasil yang menggembirakan. Setiap malam Minggu dan hari Minggu, pendapatan bisa mencapai Rp400 ribu, sementara pada hari-hari biasa sekitar Rp250–300 ribu.
Imanuel mengaku, banyak orang yang menyarankan agar ia memohon bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usahanya. Namun, ia menolak dengan tegas.
“Banyak orang bilang saya harus minta bantuan pemerintah, tapi saya tidak mau. Kalau pemerintah kasih bantuan, nanti mental kita jadi mental meminta-minta. Saya mau belajar berdiri di atas kaki sendiri,” katanya.
Bagi Imanuel, usahanya bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga menjadi bentuk motivasi bagi anak muda Papua untuk tidak takut memulai dari hal kecil.
“Tidak ada pekerjaan yang rendah selama kita lakukan dengan jujur dan sungguh-sungguh. Yang penting kita mau berusaha dan tidak sia-siakan waktu muda,” tuturnya menutup kisah inspiratifnya.
Oleh: Yohanes Kossay (Pimred Detikpapua.Net.)