Sorong, Detikpapua.Net – Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu, S.Sos diwakili Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Dr. Sellvyana Sangkek, SE.,M.Si menghadiri Acara Grand Final Debat Kebangsaan Tingkat Mahasiswa Dalam Rangka HUT TNI ke-80 yang digelar di Aula Bank Mandiri Kota Sorong, Sabtu (27/09/2025).
Hadir dalam kegiatan tersebut jajaran Kodam XVIII/Kasuari, Forkopimda Papua Barat Daya, Para pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan pembina mahasiswa, Para tokoh adat serta tokoh masyarakat, Para mahasiswa finalis debat kebangsaan, serta tamu undangan lainnya.

Kepala Badan Kesbangpol PBD Dr. Sellvyana Sangkek, SE.,M.Si yang diwawancarai awak media usai kegiatan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh panitia penyelenggara, TNI yang menjadi mitra strategis bangsa, para dosen dan yang paling utama adalah para mahasiswa yang tampil sebagai finalis.
Ia menyebut, 80 tahun perjalanan Tentara Nasional Indonesia bukanlah waktu yang singkat. TNI telah tumbuh bersama bangsa ini, menjaga kedaulatan, mengawal demokrasi, dan melindungi masyarakat di seluruh penjuru tanah air.

Namun perlu dipahami bersama, kekuatan TNI bukan hanya ada pada persenjataan, melainkan juga pada kepercayaan rakyat. Dan kepercayaan itu lahir karena TNI berdiri kokoh di atas nilai-nilai kebangsaan, keberanian, serta pengorbanan tanpa pamrih.
“Semangat itu harus menular kepada generasi muda, khususnya para mahasiswa. Karena kalianlah yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan, bukan lagi di medan perang, melainkan di medan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, sosial, dan budaya,” ujar Dr. Sellvyana.
Ia menekankan bawasannya, Papua Barat Daya adalah rumah besar bersama, yang baru berdiri sebagai provinsi ke-38. Rumah ini lahir dari harapan masyarakat untuk hidup lebih baik, lebih adil dan lebih sejahtera. Tetapi, harus diakui jalan ini tidak selalu mulus.

“Beberapa waktu lalu, khususnya di Kota Sorong, kita mengalami ujian bagi demokrasi, toleransi, dan kedamaian. Ada peristiwa yang menggores rasa kebersamaan kita. Kita belajar bahwa kekerasan tidak akan pernah melahirkan solusi. Justru dialog, musyawarah, dan semangat persaudaraanlah yang akan membawa kita keluar dari masalah,” ungkap Dr. Sellvyana.
Selain itu, lanjut dia, saat ini, kita juga menghadapi tantangan global yakni derasnya arus informasi digital. Di satu sisi, teknologi memberi peluang besar untuk kemajuan. Namun di sisi lain, ia juga membawa ancaman seperti hoaks, provokasi, dan ujaran kebencian yang bisa memecah belah masyarakat.

Disinilah, kata dia, peran mahasiswa menjadi sangat penting: menjadi benteng literasi, menjadi agen moderasi, dan menjadi garda terdepan untuk melawan narasi perpecahan dengan narasi persatuan.
“Hari ini kalian berdebat, saling adu gagasan, menyampaikan argumentasi dengan kritis dan logis. Tetapi ingatlah, pemenang sejati bukan hanya mereka yang mendapatkan piala, melainkan mereka yang mampu membawa semangat kebangsaan ke luar dari ruang ini,” pesan Dr. Sellvyana.
“Kalian adalah generasi emas Papua Barat Daya, calon pemimpin daerah, calon pemimpin bangsa. Jadilah pemimpin yang berpikir besar tetapi tetap rendah hati; yang tegas dalam prinsip tetapi lembut dalam sikap; yang membangun, bukan merusak; yang mempersatukan, bukan memecah belah,” tambahnya lagi.

Diakhir penyampaiannya, ia mengingatkan bahwa keberagaman Papua Barat Daya adalah kekayaan, bukan kelemahan. Persatuan adalah kekuatan, bukan sekadar slogan. Serta kebersamaan, kerja sama dan kedamaian adalah fondasi untuk membangun provinsi ini agar sejajar dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
“Akhirnya, saya ingin menegaskan kembali Papua Barat Daya adalah rumah kita bersama. Rumah ini akan tetap kokoh bila kita jaga dengan kasih, kedamaian, toleransi dan semangat kebangsaan. Mari kita semua, pemerintah, TNI, masyarakat, dan mahasiswa, bergandengan tangan untuk menjaga kedamaian, menolak kekerasan dan ujaran kebencian, dan menebar harapan bagi masa depan. Kepada para finalis, selamat berjuang di panggung debat ini. Jadilah inspirasi bagi teman-teman mahasiswa lainnya, dan jadilah obor harapan bagi Papua Barat Daya
yang kita cintai,” tutup Dr. Sellvyana.















