“Kami di Papua Pegunungan punya banyak masalah, dan itu nyata. Bukan dibuat-buat, bukan sekadar data, tapi jeritan yang terdengar di setiap kampung dan honai,” Salomina Marian, S.P.
Jakarta, Detikpapua.Net —
Dalam momen penuh semangat kebangsaan pada Hari Lahir ke-27 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang digelar di Jakarta, Salomina Marian, S.P., anggota DPR Provinsi Papua Pegunungan, menyuarakan kondisi riil masyarakat di wilayah pegunungan Papua yang hingga kini masih dikepung oleh berbagai persoalan mendasar. Di tengah gegap gempita perayaan partai politik nasional, Salomina menghadirkan suara dari tempat yang seringkali senyap: tanah pegunungan Papua.

“Kami di Papua Pegunungan punya banyak masalah, dan itu nyata. Bukan dibuat-buat, bukan sekadar data, tapi jeritan yang terdengar di setiap kampung dan honai,” ujar Salomina mengawali penyampaiannya.
Ia menyoroti berbagai persoalan yang terjadi di delapan kabupaten wilayah Papua Pegunungan—yang menurutnya tidak bisa dibiarkan menjadi luka lama yang terus berdarah.
“Salomina mengungkapkan bahwa kasus TBC, polio, dan stunting masih menghantui wilayahnya. “Angka stunting kami di tahun 2023 mencapai 34%, tertinggi di Indonesia. Ini bukan sekadar statistik—ini adalah wajah-wajah anak yang kekurangan gizi dan kehilangan harapan,” ujarnya.
Ia juga menyoroti minimnya infrastruktur yang menyebabkan akses terhadap layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sangat terbatas.

“Kami hidup di antara jurang dan gunung, tapi yang paling menakutkan adalah jurang ketimpangan dan keterbatasan akses,” kata Salomina.
Dalam nada yang tegas namun penuh empati, Salomina menyampaikan keprihatinannya terhadap berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang masih terus terjadi. Ia menyebut penghilangan paksa, penyiksaan, dan pengungsian warga sipil akibat konflik yang belum terselesaikan. “Masyarakat kami tidak hanya miskin secara materi, tapi juga hidup dalam rasa takut yang tidak berkesudahan,” ucapnya.
Menurutnya, kemiskinan struktural masih sangat tinggi, terutama di Jayawijaya dan kabupaten lainnya. Di sisi lain, terjadi kesenjangan sosial dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak berpihak pada masyarakat lokal. “Kami hanya penonton di atas tanah kami sendiri,” katanya lirih namun lantang.
Di hadapan kader dan simpatisan PKB, Salomina Marian menyerukan agar momen harlah partai tidak sekadar menjadi seremoni, tetapi menjadi refleksi politik yang mendalam untuk menghadirkan keadilan bagi seluruh rakyat, termasuk mereka yang tinggal jauh di pegunungan.
“Perayaan ini bukan sekadar ulang tahun partai, tapi juga pengingat bahwa tugas politik sejati adalah menyentuh luka rakyat dan menyembuhkannya. Jangan hanya bicara di panggung. Turun dan lihat bagaimana rakyat kami hidup, atau bertahan hidup,” tutup Salomina Marian.