“Kita akan mendorong lebih banyak dukungan mitra pembangunan dalam mendukung adik-adik mahasiswa untuk menulis tentang Tambrauw, menulis tentang Tanah Papua, sebagai bagian dari menceritakan dan menjaga Tanah Papua dari kepungan investasi, perampasan tanah dan keterancaman masyarakat adat” Profesor Dr. Sepus Fatem, M.Sc
Tambrauw, Detikpapua.Net – Sebagai salah satu kabupaten di Tanah Papua, yang telah menetapkan konservasi dan masyarakat adat sebagai domain pembangunan daerah, Tambrauw terus berpacu membangun di berbagai bidang termasuk upaya perlindungan sumberdaya alam dan pengakuan masyarakat adat secara masif. Salah satu yang dilakukan melalui kerjasama bersama Universitas Papua, khususnya Fakultas Kehutanan melalui kegiatan tridharma yakni penelitian.
Disisi lain Kebijakan Kabupaten Konservasi dan Masyarakat Adat sudah ditetapkan secara resmi sejak tahun 2018, pasca itu maka perlu ada upaya dan terobosan untuk mengisi ruang-ruang kebijakan yang telah dikerjakan. Artinya harus ada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat adat, pemerintah daerah, publik dan pihak lainnya. Demikian disampaikan Akademisi Universitas Papua, Profesor Dr. Sepus Fatem, M.Sc di sela-sela kegiatan Semiloka Mitra Pembangunan Kabupaten Tambrauw, bertema “Memperkuat Kolaborasi Para Pihak Demi Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Tambrauw yang digelar di Aula Bappeda Tambrauw 3-4 Juli 2025.

Untuk itu dalam menilai dan memotret perkembangan Tambrauw hingga saat ini, maka dirinya bersama beberapa orang akademisi UNIPA mendorong 10 mahasiswa program strata 1 dan 4 orang mahasiswa vokasional D.III KSDH (Konservasi Sumber Daya Hutan) Kelas Sausapor, Fakultas Kehutanan UNIPA melaksanakan penelitian tugas akhir maupun skripsi di Kabupaten Tambrauw, melalui skema kolaborasi bersama Pemda Tambrauw dan Mitra Pembangunan.
Dari data yang diterima awak media ini, Ke-sepuluh mahasiswa tersebut antara lain:
- Josua Yohanes Awak (202255029) meneliti tentang Kontribusi Pendanaan Dari Filantropi Terhadap Pembangunan Kabupaten Konservasi dan Masyarakat Adat Tambrauw
- Rikarda Wingki Mofu (202255059) meneliti tentang Sikap dan Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Kabupaten Konservasi Tambrauw
- Dortea Ohoiulun (202255058) meneliti tentang Strategi Adaptasi Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Isu Lingkungan Di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat Daya
- Rohma Fauzia Fimbay (202255110) meneliti tentang Dinamika Pembentukan Kabupaten Tambrauw sebagai Kabupaten Konservasi di Tanah Papua
- Hein Padwa (202248018) meneliti tentang Deskripsi Sasi Sumberdaya Alam Laut Pada Komunitas Masyarakat Biak di Kabupaten Tambrauw
- Marike Mirino (2022 48027)meneliti tentang Pemetaan Aktor Dalam Usulan Pembentukan Hutan Adat Marga Yessa Di Kabupaten Tambrauw
- Medeline Mayor (2022 48038)meneliti tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Usulan Hutan Adat Marga Yessa Di Kabupaten Tambrauw
- Agus Yesnat yang menyusun karya ilmiah tentang Deskripsi Sasi oleh Marga Sundoy di Teluk Weyos Pesisir Abun Kabupaten Tambrauw
- Qodriyah Aziztul Fitriyani (202255046) meneliti tentang Analisis Jaringan Modal Sosial Masyarakat Suku Mpur Suor Di Lembah Kebar Dalam Upaya Perlindungan Sumber Daya Alam
- Lucia Gracia Christie Yaas (202255116) meneliti tentang Kolaborasi Aktor Dalam Perlindungan SDA Di Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw khususnya penetapan dan deklarasi Lembah Kebar Wilayah Adat Suku Mpur Suor Sebagai Tanah Injil tanggal 9 September 2024 lalu.
Salah satu mahasiswa yang diwawancarai awak media ini mengatakan, proses penelitian sedang dilakukan di beberapa tempat sesuai kebutuhan mahasiswa. Ada di Distrik Fef, Abun, Sausapor, Tobouw, Kebar, Kebar Selatan, Senopi , Ireres dan Miyah bahkan di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Kegiatan penelitian berlangsung sejak Juni-September 2025.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pemda Tambrauw, Pimpinan Fakultas Kehutanan UNIPA, Dosen pembimbing, para kepala distrik dan tokoh adat serta masyarakat adat Tambrauw yang telah menerima kami untuk melakukan penelitian tugas akhir. Di satu sisi, terlibat dalam kegiatan lokakarya mitra pembangunan maupun berpartisipasi dalam kunjungan kerja Duta Besar Finlandia ke Kabupaten Tambrauw khususnya dalam acara buka Sasi dan Pelepasan Tukik Penyu di Pantai Abun, Weyos dan penyerahan SK Wilayah Adat dan Marga Yessa,” paparnya.

Namun di sisi lain ketika berjumpa dengan masyarakat, para mahasiswa juga membantu masyarakat dengan berdiskusi dan memberikan semangat tentang pentingnya pendidikan kepada anak-anak mereka, maupun membantu mereka mencari solusi tentang banyak kebutuhan masyarakat adat dan eksistensi sumberdaya alam yang harus diproteksi demi anak cucu dan generasi mereka ke depan.
“Kasus perusakan sumberdaya alam dan masyarakat akan mengalami kekerasan oleh perusahaan besar harus menjadi pengalaman bagi masyarakat di Kabupaten Tambrauw, apalagi kabupaten ini sangat kaya potensi SDA tambang dan kehutanan, ungkap salah satu mahasiswa Fahutan UNIPA ketika diwawancarai awak media ini,” ungkapnya.

Menurut para mahasiswa, penelitian ini menarik karena saling terkait antar satu dengan yang lain, sehingga dalam proses pengambilan data saling berdiskusi dan membagi data, karena sifatnya kolaborasi. Data tentang kegiatan Lembaga non pemerintah di Tambrauw dapat digunakan untuk menganalisis sejauh mana kegiatan ini berdampak positif sehingga membentuk persepsi dan sikap publik dan masyarakat terhadap kebijakan konservasi dan masyarakat adat, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tambrauw. Begitu pula data para pihak yang terlibat dalam percepatan pengakuan wilayah dan masyarakat untuk skema perhutanan sosial di Kabupaten Tambrauw.
“Kami bangga karena bisa terlibat dalam penelitian ini, dan ini hal yang baru, apa lagi banyak kemudahan berupa dukungan pendanaan, akomodasi dan lainya dari lembaga Non pemerintah dan pemda kepada kami dalam melakukan penelitian ini, papar salah satu mahasiswi Fahutan UNIPA. Melalui kesempatan ini saya mewakili teman-teman mahasiswa berharap akan ada forum seminar yang diatur oleh pemda Tambrauw agar hasil penelitian skripsi kami bisa disajikan sebagai bentuk evaluasi kepada pemerintah daerah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjuan di Kabupaten Tambrauw,” harap dia.
Ditambahkan lebih lanjut bahwa para mahasiswa ini berharap bisa menyelesaikan studi dan bekerja membantu masyarakat di lembaga non pemerintah agar lebih menyatu dengan masyarakat adat di Kabupaten Tambrauw ataupun wilayah lainnya di Tanah Papua.

Matias Anari, salah satu tokoh adat Suku Mpur Suor Lembah Kebar mengaku ada 2 mahasiswa UNIPA yang melakukan pengambilan data di Lembah Kebar tentang Deklarasi Lembah Kebar, Wilayah Adat Suku Mpur Suor Sebagai Tanah Injil. Ia mrnyebut hal ini akan sangat membantu pihaknya dalam memperkuat jaringan, komitmen dan janji iman bahwa semua aktivitas di Lembah Kebar wajib mencerminkan makna Injil, wajib menghormati tatanan adat dan pelestarian alam, sebagai amanat bersama masyarakat adat di dunia serta gereja.
Di kesempatan yang sama Pemerintah Kabupaten Tambrauw, menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada para mahasiswa/ UNIPA yang telah memilih Kabupaten Tambrauw sebagai materi karya ilmiah dan skripsi.
“Sebagai Bupati Tambrauw, saya mewakili pemerintah kabupaten Tambrauw dan masyarakat menyampaikan terima kasih kepada ke sepuluh adik-adik mahasiswa Fakultas Kehutanan UNIPA yang berada di Tambrauw untuk melakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan ini tidak hanya bertujuan untuk membantu adik-adik selesai nantinya, tapi juga menjadi kesempatan belajar mengali dan membentuk pengalaman anda, sikap kritis anda, tanggungjawab dan pengembangan diri anda sebagai calon pemimpin di masa depan,” ujar Bupati Tambrauw Yeheskiel Yesnat, SE.,M.Si saat menutup sesi wawancara bersama para mahasiswa di Aula Kantor Bappeda Tambrauw, Kamis 3 Juli 2025.

Di sela-sela kegiatan yang sama Guru Besar Bidang Kebijakan Hutan dan Konservasi Fakultas Kehutanan UNIPA, Prof. Dr. Sepus Fatem, menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah mendukung penelitian ini. Secara pribadi dan mewakili mitra pembangunan menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bupati Tambrauw, Pengelola PS. D.III Konservasi Sumberdaya Hutan Fahutan UNIPA, pimpinan WWF Papua dan Yayasan Pioner, Pimpinan Yayasan Econusa, Pimpinan The Samdhana Institute, yang memberikan ijin, dukungan pendanaan, akomodasi dan fasilitas lainnya sehingga para mahasiswa sebagai bisa melakukan studi di Kabupaten Tambrauw.

“Ini contoh baik dari kolaborasi nyata dalam Investasi sosial untuk membangun Sumberdaya Manusia Emas di Tanah Papua, Imbuhnya. Kedepan kita akan mendorong lebih banyak dukungan mitra pembangunan dalam mendukung adik-adik mahasiswa untuk menulis tentang Tambrauw, menulis tentang Tanah Papua, sebagai bagian dari menceritakan dan menjaga Tanah Papua dari kepungan investasi, perampasan tanah dan keterancaman masyarakat adat,” tutup Prof. Sepus.