Kegiatan ini menjadi bagian dari seruan Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’, yang menekankan bahwa bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga dan dilestarikan. Pesan ini diharapkan dapat menginspirasi anak-anak dan remaja untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan menerapkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Raja Ampat, Detikpapuanet– Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Waisai, Raja Ampat, bekerja sama dengan Konservasi Indonesia menyelenggarakan Pendidikan Lingkungan Hidup bagi anak-anak dan remaja.
Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Gereja pada Rabu (19/3/2025) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah.
Ketua Dewan Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat, Bun Rahawarin, menjelaskan program tersebut merupakan kegiatan Bidang KKI Gereja Katolik Waisai bagi anak dan remaja serta dikaitkan dengan tema Masa Prapaskah 2025, yakni Pertobatan Ekologis: Perziarahan Harapan di Tahun Yubilium 2025.
“Kami melihat bahwa di Waisai terdapat LSM yang fokus pada lingkungan hidup, yaitu Konservasi Indonesia. Karena itu, kami mengundang mereka untuk berbagi pemahaman kepada umat Katolik, terutama anak-anak SEKAMI dan PPA, agar mereka lebih peduli terhadap lingkungan,” ujar Bun Rahawarin.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini terbagi dalam dua sesi. Pada hari Minggu, seluruh umat terlibat, sementara pada hari Rabu, fokus diberikan kepada anak-anak SEKAMI dan PPA. Harapannya, setelah mengikuti kegiatan ini, anak-anak dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan dan menularkan pemahaman mereka kepada orang tua serta komunitas sekitar.

Edukasi Interaktif: Mengenal Ekosistem dan Bahaya Sampah
Meidiarti Kasmidi- Manager Program Raja Ampat Konservasi Indonesia menjelaskan dalam kegiatan tersebut anak-anak diberikan berbagai materi edukatif terkait ekosistem hutan dan laut serta kaitannya dengan keseimbangan lingkungan.
“Kami menjelaskan bagaimana kerusakan hutan berdampak pada laut dan kehidupan di dalamnya. Selain itu, anak-anak juga diajak memahami bagaimana sampah, terutama plastik, menjadi ancaman bagi alam,” kata Meidi.
Salah satu sesi menarik adalah permainan interaktif tentang sampah, di mana anak-anak diajarkan mengenali sampah organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Mereka juga diberikan pemahaman mengenai lamanya waktu penguraian sampah, khususnya plastik yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai.
Sebagaimana pantauan media ini, Bertha Matatar selaku Koordinator Program Kewirausahaan Masyarakat Konservasi Indonesia, turut mengajarkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai langkah mengurangi dampak sampah. Ia juga menjelaskan bahaya sampah bagi kesehatan manusia, ekosistem laut, dan lingkungan secara keseluruhan.
Sebagai bagian dari kegiatan, anak-anak diminta menulis pesan dan janji pribadi mereka dalam menjaga bumi. Dengan memegang daun kering, mereka menuliskan niat untuk merawat lingkungan, seperti membawa bekal dalam wadah ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
“Adek-adek harus jadi contoh bagi yang lain. Ini bukan janji kepada siapa-siapa, tetapi janji kepada Tuhan,” pesan Meidi kepada anak-anak.
Kegiatan ini menjadi bagian dari seruan Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’, yang menekankan bahwa bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga dan dilestarikan. Pesan ini diharapkan dapat menginspirasi anak-anak dan remaja untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan menerapkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semangat ini, Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Waisai bersama Konservasi Indonesia berharap agar kesadaran ekologis semakin tumbuh dalam generasi muda, menjadikan mereka agen perubahan dalam menjaga kelestarian Raja Ampat dan bumi secara keseluruhan.