“Banyak orang Katolik berpikir bahwa bicara politik di gereja itu tabu. Padahal, pembangunan gereja hingga kegiatan sosial religius juga tidak lepas dari kebijakan politik. Karena itu, penting untuk tidak menutup diri dari dunia politik,” Yusuf Huby, S.Hut., M.Si. (Ketua Komisi A DPRK Jayawijaya).
WAMENA, Detikpapua.Net— Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Jayawijaya, Yusuf Huby, S.Hut., M.Si., menjadi salah satu narasumber dalam Konferensi Studi Regional (KSR) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Komisariat Daerah Papua yang mengangkat tema “Mengurai Jejak Kelam dan Titik Rekonsiliasi dalam Honai Ideologis.” Senin, (17/11/2025).

Dalam paparannya, Huby menekankan pentingnya peran kaum muda Katolik dalam dinamika sosial-politik Papua, terutama dalam membangun kesadaran kritis dan keberanian terlibat dalam proses perubahan di tengah tantangan pembangunan daerah.
“Kaum muda Katolik hari ini memiliki ruang yang luas untuk berkontribusi. Ada OMK, PMKRI, KMK, Pemuda Katolik, dan berbagai organisasi lainnya. Semua ini bukan hanya wadah, tetapi tempat membangun karakter dan kemampuan untuk terlibat dalam perubahan sosial,” ujar Yusuf Huby.
Ia menjelaskan bahwa peran organisasi kepemudaan Katolik sangat strategis, karena membentuk kedewasaan berpikir serta kemampuan memahami struktur sosial dan politik yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Huby juga menyoroti bahwa isu sosial tidak bisa dipisahkan dari politik. Menurutnya, persepsi sebagian masyarakat yang menganggap politik sebagai sesuatu yang harus dijauhi oleh umat beragama, khususnya Katolik, adalah hal yang perlu diluruskan.
“Banyak orang Katolik berpikir bahwa bicara politik di gereja itu tabu. Padahal, pembangunan gereja hingga kegiatan sosial religius juga tidak lepas dari kebijakan politik. Karena itu, penting untuk tidak menutup diri dari dunia politik,” tegasnya.
Lebih jauh, Huby mengajak para peserta untuk melihat kembali sejarah dan perjalanan organisasi Katolik di tanah Papua, termasuk proses regenerasi yang terus berjalan dari OMK, KMK, hingga PMKRI.
Ia juga mengutip pandangan tokoh dunia Nelson Mandela mengenai pendidikan sebagai senjata paling ampuh untuk mengubah dunia, sembari menyinggung perdebatan modern mengenai hubungan antara pendidikan, wirausaha, dan keberanian mengambil risiko.
“Pendidikan itu sangat penting, tapi keberanian melangkah dan mengambil keputusan juga menentukan masa depan. Pemuda harus siap menghadapi kontroversi dan tantangan dalam perjalanan menuju perubahan,” tambahnya.
Kegiatan Konferensi Studi Regional PMKRI Komda Papua di Wamena berlangsung dengan penuh antusias dan menghasilkan banyak catatan strategis untuk memperkuat peran generasi muda Katolik dalam konteks sosial-politik Papua ke depan.












