Example floating
BeritaDaerahHomeKabar PapuaLingkunganPapuaPapua Barat Daya

Studi Tiru Konservasi: Delegasi Timor Leste, NTT, dan Maluku Pelajari Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Raja Ampat

0
×

Studi Tiru Konservasi: Delegasi Timor Leste, NTT, dan Maluku Pelajari Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Raja Ampat

Sebarkan artikel ini

Raja Ampat perkuat perannya sebagai pusat pembelajaran konservasi laut regional

RAJA AMPAT, detikpapuanet – Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, kembali menjadi rujukan utama bagi daerah dan negara tetangga dalam mempelajari pengelolaan kawasan konservasi perairan. Delegasi dari Timor Leste, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku melakukan studi tiru untuk melihat secara langsung praktik pengelolaan kawasan konservasi yang telah membawa Raja Ampat diakui sebagai salah satu kawasan laut paling terjaga di dunia.

Kepala BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat, Syafri, menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat kapasitas pengelolaan konservasi berbasis kolaborasi. Delegasi Timor Leste, yang terdiri dari camat, lurah, kepala kampung, dan penggiat konservasi, bersama perwakilan NTT dan Maluku, hadir untuk mempelajari langsung berbagai pendekatan pengelolaan yang dikembangkan Raja Ampat.

Menurut Syafri, para peserta mempelajari sejumlah aspek, mulai dari proses pembentukan lembaga pengelola (UPTD dan BLUD), pengembangan kolaborasi multipihak, pengelolaan pendanaan berkelanjutan, hingga strategi pelibatan masyarakat dalam menjaga kawasan konservasi. Delegasi juga mengikuti pemaparan mengenai sistem monitoring biofisik bersama UNIPA dan evaluasi kawasan berbasis EVIKA.

Kombinasi Materi dan Praktik Lapangan

Salah satu penggiat konservasi, Ari Benuh, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program yang dirancang oleh Conservation Indonesia bersama Conservation Timor Leste. Ia mengapresiasi metode pembelajaran yang disusun secara komprehensif, terdiri dari sesi materi dan kunjungan lapangan.

“Hari pertama kami mengikuti materi, sementara pada hari kedua dan terakhir kami diajak turun langsung ke lapangan bersama tim BLUD Raja Ampat. Ini sangat membantu kami karena tidak hanya menerima teori, tetapi juga melihat bagaimana praktik pengelolaan konservasi diterapkan,” ungkap Ari.

Menurutnya, daerah seperti Maluku, NTT, Sumatra, dan Timor Leste memiliki potensi sumber daya kelautan yang besar, tetapi belum sepenuhnya dikelola secara optimal. Karena itu, pengalaman yang diperoleh di Raja Ampat menjadi penting sebagai acuan untuk memperkuat sistem pengelolaan di wilayah masing-masing.

“Harapan saya, setelah kembali ke daerah, kami bisa menerapkan ilmu yang diperoleh terutama dalam memperkuat kolaborasi antarinstansi seperti dinas kelautan dan perikanan maupun cabang dinas. Di beberapa daerah kami juga sedang berproses untuk membentuk UPT,” jelasnya.

Belajar dari Proses Panjang Raja Ampat

Ari menegaskan bahwa keberhasilan Raja Ampat saat ini adalah hasil dari perjalanan panjang, bukan sesuatu yang dicapai dalam semalam. Ia berharap para peserta studi tiru dapat memahami proses tersebut, sehingga pembelajaran yang dibawa pulang menjadi lebih komprehensif.

“Jangan hanya melihat Raja Ampat hari ini, tetapi lihatlah proses yang sudah dilalui dari tahun ke tahun hingga bisa mencapai posisi sekarang,” ujarnya.

Kegiatan studi tiru ini menjadi momentum penting untuk memperkuat jejaring pengelolaan kawasan konservasi di Asia Pasifik, sekaligus mengukuhkan Raja Ampat sebagai pusat inspirasi bagi upaya konservasi laut berkelanjutan di wilayah regional.

Penulis: Tim Raja AmpatEditor: Yohanes Sole
height="600"/>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *