Example floating
BeritaCerpenHomeSosial & Budaya

Soha Coffee Bertahan Tanpa Sentuhan Pemerintah: Perempuan Huwula Berjuang Sendiri di Menara Salib Wamena

244
×

Soha Coffee Bertahan Tanpa Sentuhan Pemerintah: Perempuan Huwula Berjuang Sendiri di Menara Salib Wamena

Sebarkan artikel ini

WAMENA, DetikpapuaNet — Perjuangan seorang perempuan Huwula, Diana J. Siep, pemilik usaha kopi lokal Soha Coffee, menjadi cerminan nyata usaha ekonomi rakyat kecil yang tidak tersentuh program pemberdayaan pemerintah. Soha Coffee sendiri merupakan singkatan dari ungkapan Huwula HEWISANI SAHNYOM OPANEN. Sabtu (08/11/2025).

Tahun lalu, Diana pernah berjualan di kawasan Potikelek, sebelum kemudian berpindah dan menetap berjualan di Menara Salib Wamena. Ia berjualan hanya di sore hari, saat masyarakat dan anak-anak muda sering berkumpul. Dengan perlengkapan sederhana seperti meja lipat, payung yang mulai kusam, serta kopi kampung olahan sendiri, Diana mempertahankan usahanya seorang diri.

Namun perjalanan itu tidak tanpa hambatan. Sepeda motor yang selama ini menjadi alat angkut dagangannya rusak. Akibatnya, sebagian perlengkapan jualan hanya terdiam di rumah, menunggu biaya perbaikan yang belum mampu ia penuhi. Meski begitu, Diana tetap membuka usaha ketika ada kesempatan, seperti saat Pameran Kebun Sinode di Monumen Wesaput, serta kegiatan Organisasi Kepemudaan (OKP) di Aula Wio Kantor Bupati.

“Sebenarnya sedih, tapi sudah menjadi kebiasaan saya mencari hidup,” ujar Diana.

Ia mengisahkan pernah meminjam motor orang untuk membawa barang dagangan. Namun ketika jualan tidak laku, ia pulang dengan ojek, sambil menahan ketakutan menghadapi jalan gelap yang rawan pembegalan. Ia juga mengaku pernah merasakan tekanan dari orang yang menawarkan tumpangan dengan niat lain. Bahkan ia pernah dirampok, kehilangan uang dan handphone, namun tetap memilih untuk melanjutkan usaha.

Sementara itu, pemerintah kerap menyampaikan komitmen pemberdayaan ekonomi lokal, penguatan UMKM, serta promosi kopi Papua sebagai komoditas unggulan. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa pelaku kecil seperti Diana tidak pernah mendapat akses bantuan, baik dalam bentuk modal, fasilitas, maupun pendampingan usaha.

Program dan bantuan justru lebih sering mengalir pada pihak-pihak yang memiliki kedekatan dengan struktur dan jaringan kekuasaan, bukan kepada pelaku ekonomi yang bekerja langsung di tengah masyarakat.

Soha Coffee bertahan bukan karena negara hadir, melainkan karena keteguhan seorang perempuan Huwula yang memilih untuk tetap berdiri di tengah segala keterbatasan.

height="600"/>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *