Raja Ampat, Detikpapuanet — Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Raja Ampat melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Lingkungan menggelar aksi sosial pembersihan drainase bersama masyarakat di sekitar kompleks Masjid Agung Waisai hingga perumahan barak pegawai, Kamis (25/9/2025). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk tanggap darurat sekaligus ikhtiar bersama untuk mencegah banjir yang kerap melanda Ibu Kota Raja Ampat.
Kepala UPTD Pengelolaan Lingkungan, DLH Raja Ampat, Yonis Patris Umalan, mengatakan kegiatan ini berangkat dari kepedulian bersama atas bencana yang baru saja dirasakan warga. Dalam dua pekan terakhir, curah hujan tinggi membuat beberapa kawasan di Waisai terendam banjir. Penyebab utamanya, saluran drainase tersumbat oleh timbunan sampah rumah tangga, plastik, ranting, dan material organik lain.
“Kami bersama warga dan pegawai di perumahan barak pegawai turun langsung membersihkan parit yang tersumbat. Kalau tidak diatasi, sampah yang menumpuk akan kembali masuk ke parit saat hujan dan siklus banjir akan terus berulang,” jelas Yonis.
Tak hanya membersihkan, UPTD juga menurunkan armada untuk mengangkut tumpukan sampah yang sudah dikumpulkan warga di tepi jalan saat banjir. Menurut Yonis, pengangkutan sampah sama pentingnya dengan pembersihan parit. Sebab, bila sampah dibiarkan menumpuk, risiko banjir tetap menghantui setiap kali hujan turun.

Aksi ini bukan hanya soal kerja bakti membersihkan parit. Lebih jauh, ia menjadi bentuk nyata sosialisasi kepada masyarakat: menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Dengan melibatkan warga secara langsung, pesan itu terasa lebih mengena.
“Partisipasi masyarakat sangat penting. Aksi ini membuka wawasan, pemahaman, dan kesadaran agar warga tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat, terutama ke parit,” tambah Yonis.
Banjir yang terjadi pada tanggal 2 dan tanggal 22 September lalu menjadi pelajaran pahit. Genangan air merendam rumah warga dan melumpuhkan aktivitas sehari-hari. Dari pengalaman itu, pemerintah dan warga belajar bahwa solusi tak hanya datang dari kebijakan, tetapi juga dari kepedulian kecil: tidak membuang sampah sembarangan.
Lebih dari sekadar pembersihan drainase, aksi ini mengingatkan bahwa menjaga lingkungan berarti menjaga keberlangsungan hidup. Sungai, parit, dan drainase bukanlah tempat sampah, melainkan jalur hidup bagi air agar tidak mengancam pemukiman.
Dengan semangat kebersamaan, Yonis menutup pesannya dengan seruan yang menyentuh hati:
“Ko cinta Waisai, ko jaga lingkungan, ko jaga Raja Ampat.”
Slogan sederhana itu kini menjadi ajakan moral bagi warga Waisai, bahwa cinta terhadap lingkungan tidak cukup diucapkan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata.