Raja Ampat, DetikPapuaNet– Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, S.IP., M.M., M.Ec.Dev, menegaskan bahwa tumpukan sampah yang menutup saluran air dan drainase menjadi penyebab utama banjir yang melanda Kota Waisai. Menurutnya, curah hujan tinggi hanyalah faktor pemicu, sementara akar masalah terletak pada kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan.
“Banjir ini bukan semata karena hujan deras, tetapi karena parit dan drainase yang sudah dibangun pemerintah banyak tersumbat. Ditambah lagi sampah yang menumpuk sehingga aliran air tidak lancar,” tegas Orideko di Waisai.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak lagi membuang sampah sembarangan, terutama ke parit dan drainase, sebab hal itu memperparah risiko banjir sekaligus mencemari lingkungan.
“Menjaga kebersihan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua. Saya minta masyarakat turut membantu dengan membuka kembali saluran air yang tertutup dan tidak membuang sampah sembarangan,” lanjutnya.
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, kata Orideko, saat ini tengah menyiapkan langkah strategis penanganan banjir sekaligus memberikan edukasi kepada lurah, RT/RW, dan masyarakat agar lebih peduli pada kebersihan saluran air.
“Kita akan terus berupaya memperbaiki drainase agar aliran air lancar. Tapi tanpa kesadaran masyarakat, semua yang kita bangun akan sia-sia,” harapnya.
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Waisai pada Selasa (23/9/2025) memperlihatkan betapa serius persoalan ini. Air meluap ke berbagai sudut kota, merendam rumah warga, kantor pemerintah, fasilitas umum, hingga sejumlah kantor BUMN dan BUMD. Bahkan ruangan pasien di RSUD Raja Ampat, Kantor Bank Papua, dan mesin utama PLN ikut tergenang, sehingga memaksa pemadaman listrik total di Waisai.

Di lapangan, warga tidak tinggal diam. Sejumlah pengurus RT hingga kelompok masyarakat bergotong royong membersihkan got dan drainase yang tersumbat dengan peralatan seadanya. Aksi spontan itu dilakukan demi mempercepat surutnya air, menunjukkan solidaritas warga di tengah musibah.