Example floating
BeritaDaerahKabar LegislatorPapua PegununganSosial & Budaya

Menyentuh Tanah, Mendengar Suara: Salomina Marian Kunjungi Ibu-ibu WKRI di Kampung Hetuma

4
×

Menyentuh Tanah, Mendengar Suara: Salomina Marian Kunjungi Ibu-ibu WKRI di Kampung Hetuma

Sebarkan artikel ini

“Saya datang bukan karena saya lebih tahu, tapi karena saya ingin mendengar langsung. Selain sebagai anggota DPR, saya juga seorang ibu, dan juga Ketua WKRI di Paroki Bunda Maria Pikhe. Apa yang saya lihat dan dengar hari ini akan saya bawa sebagai suara hati ke ruang-ruang pengambilan keputusan,” Salomina Marian, S.P.

Wamena, Detikpapua.Net — Ada sesuatu yang berbeda ketika seorang pemimpin memilih untuk tidak berbicara dari atas mimbar, melainkan duduk bersila di tanah yang sama, mendengar suara yang lahir dari keheningan dan kerja keras. Hal inilah yang terjadi ketika Salomina Marian, anggota DPR Papua Pegunungan dan Ketua WKRI Paroki Bunda Maria Pikhe, melangkahkan kakinya ke Kampung Hetuma, Distrik Hubikiak.

Ia tidak datang dengan rombongan besar atau sambutan seremonial. Ia datang dengan hati yang terbuka dan tangan yang siap membantu. Di kebun sederhana milik kelompok Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Kapela Isokma, Ibu Salomina berjalan di antara deretan tanaman, menyapa satu per satu ibu yang sedang bekerja — bukan sekadar melihat, tetapi menyatu.

Kunjungan itu bukan kunjungan biasa. Ia datang membawa bantuan bahan makanan (BAMA), tetapi lebih dari itu, ia membawa perhatian yang selama ini dirindukan oleh para perempuan di pelosok: perhatian yang lahir dari kesetaraan, bukan belas kasihan.

Di sela kegiatan, Ibu Salomina duduk bersama ibu-ibu WKRI, mendengar kisah dan harapan mereka. Mereka tidak banyak menuntut; hanya ingin alat kerja yang layak, pelatihan untuk meningkatkan keterampilan, dan kesempatan untuk hidup lebih bermartabat.

“Saya datang bukan karena saya lebih tahu, tapi karena saya ingin mendengar langsung. Saya Salomina Marian, selain sebagai anggota DPR, saya juga seorang ibu, dan juga Ketua WKRI di Paroki Bunda Maria Pikhe. Apa yang saya lihat dan dengar hari ini akan saya bawa sebagai suara hati ke ruang-ruang pengambilan keputusan,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Apa yang dilakukan Ibu Salomina hari itu mungkin tak masuk berita utama nasional. Tapi bagi ibu-ibu di Hetuma, kehadirannya adalah tanda bahwa mereka tidak sendiri. Bahwa suara dari kebun dan lorong-lorong kampung bisa menggema hingga ke kursi kebijakan. Dan bahwa menjadi pemimpin sejati berarti bersedia berjalan perlahan, agar bisa berjalan bersama.

height="600"/>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *